Monumen Kebaikan
Lufti Avianto
Lufti Avianto
Lihatlah diri kita hari ini. Perhatikan tiap lekuk diri dan tabiatnya, perangai dan sikap, watak dan karakter, juga fisik dan tekstur hati di dalamnya. Kemudian, renungkanlah tentang diri kita, peran kita, kontribusi, juga atribut lain yang membawa kita pada kebaikan. Siapa pun kita, adalah hasil rekontruksi pengalaman dan pendidikan yang kita kecap sebelumnya di masa lalu.
Si tukang semir, akan berkarya dengan kemampuannya. Menyemir sepatu setiap hari, tidak hanya untuk makan sehari-hari, tetapi lebih dari itu. Ia membuat sepatu-sepau berkilap dan enak dipandang mata. Sepatu pejabatkah, karyawan, pegawai negeri, bahkan siapa pun mereka yang ingin tampil necis dan rapi. Dan dengan itu, si tukang semir memiliki monumen kebaikan yang dapat dibanggakan, sepatu-sepatu yang berkilap.
Atau sesekali, longoklah si penjaga pintu kereta api. Begitu remeh nampak pekerjaannya. Tak memerlukan keahlian khusus. Tak perlu mengenal komputer, apalagi ijazah sarjana strata satu. Syaratnya cuma satu, yang penting mau menunggu kereta dengan jadwal yang sudah ditetapkan, entah malam atau siang. Pekerjaannya pun terbilang sederhana kalau tak pantas disebut monoton. Hanya menunggu instruksi lewat radio akan kedatangan kereta, lalu menutup palang perlintasan jalan agar para pengguna jalan tak melaluinya. Selesai. Namun, pernahkah kita tahu bahwa di Indonesia masih banyak lintasan kereta yang tak dijaga? Akibatnya, banyak nyawa yang melayang sia-sia dari kecelakaan kereta dengan mobil atau motor yang melintasinya.
Ada lagi penyapu jalanan. Setiap pagi, ia bangun sebelum ayam berkokok dan matahari menyapa manusia. Dalam gelap dan dingin pagi yang masih dini, menggigiti mereka menyusuri jalan-jalan dan trotoar yang kotor dengan sampah hari kemarin. Sapu yang mereka genggam, adalah kebaikan yang mengalir pagi itu menjelang matahari meninggi. Dan begitu setiap hari, tanpa presensi. Sehingga, setiap hari yang mereka lalui adalah keindahan hari buat kita saat melalui jalan-jalan dan trotoar kota yang bersih, serta membuat kita begitu bersemangat ketika berangkat ke kantor setiap pagi.
Siapa pun kita, anda atau pun saya. Pekerjaan kita, status kita, atau titel kita dalam himpunan masyarakat yang luas sekalipun, adalah pengrajin-pengrajin dalam monumen kebaikan. Tukang semir sepatu atau penjaga pintu lintasan kereta hanyalah potret kecil dari kalangan masyarakat yang kerap dimarjinalkan, namun memiliki monumen kebaikan yang dapat dibanggakan.
Tak dipungkiri, kelak, saat di Hari Penghisaban, Allah SWT akan memanggil mereka dengan sebutan yang paling indah, Ahli Kebaikan. Kemudian, dihadapkan kepada mereka monumen kebaikan yang tinggi menjulang nan indah yang mampu membuat iri jutaan manusia lainnya.
Lalu, bagaimana dengan para pemimpin, pengusaha, eksekutif muda, dan direktur yang memimpin sebuah perusahaan kebaikan? Seharusnya, di tangan-tangan merekalah kebaikan itu menjadi sebuah komoditi utama setiap pribadi muslim yang hanif. Kebaikan yang menjadi barang konsumsi utama namun tak langka atau mahal yang dapat dijangkau masyarakat miskin sekalipun. Sehingga, setiap kita memiliki monumen kebaikan yang patut dibanggakan di hadapanNya kelak.
Insya Allah....Amin
From : trityatmo bowolaksono bowolaksono [bowltea@yahoo.com]
Si tukang semir, akan berkarya dengan kemampuannya. Menyemir sepatu setiap hari, tidak hanya untuk makan sehari-hari, tetapi lebih dari itu. Ia membuat sepatu-sepau berkilap dan enak dipandang mata. Sepatu pejabatkah, karyawan, pegawai negeri, bahkan siapa pun mereka yang ingin tampil necis dan rapi. Dan dengan itu, si tukang semir memiliki monumen kebaikan yang dapat dibanggakan, sepatu-sepatu yang berkilap.
Atau sesekali, longoklah si penjaga pintu kereta api. Begitu remeh nampak pekerjaannya. Tak memerlukan keahlian khusus. Tak perlu mengenal komputer, apalagi ijazah sarjana strata satu. Syaratnya cuma satu, yang penting mau menunggu kereta dengan jadwal yang sudah ditetapkan, entah malam atau siang. Pekerjaannya pun terbilang sederhana kalau tak pantas disebut monoton. Hanya menunggu instruksi lewat radio akan kedatangan kereta, lalu menutup palang perlintasan jalan agar para pengguna jalan tak melaluinya. Selesai. Namun, pernahkah kita tahu bahwa di Indonesia masih banyak lintasan kereta yang tak dijaga? Akibatnya, banyak nyawa yang melayang sia-sia dari kecelakaan kereta dengan mobil atau motor yang melintasinya.
Ada lagi penyapu jalanan. Setiap pagi, ia bangun sebelum ayam berkokok dan matahari menyapa manusia. Dalam gelap dan dingin pagi yang masih dini, menggigiti mereka menyusuri jalan-jalan dan trotoar yang kotor dengan sampah hari kemarin. Sapu yang mereka genggam, adalah kebaikan yang mengalir pagi itu menjelang matahari meninggi. Dan begitu setiap hari, tanpa presensi. Sehingga, setiap hari yang mereka lalui adalah keindahan hari buat kita saat melalui jalan-jalan dan trotoar kota yang bersih, serta membuat kita begitu bersemangat ketika berangkat ke kantor setiap pagi.
Siapa pun kita, anda atau pun saya. Pekerjaan kita, status kita, atau titel kita dalam himpunan masyarakat yang luas sekalipun, adalah pengrajin-pengrajin dalam monumen kebaikan. Tukang semir sepatu atau penjaga pintu lintasan kereta hanyalah potret kecil dari kalangan masyarakat yang kerap dimarjinalkan, namun memiliki monumen kebaikan yang dapat dibanggakan.
Tak dipungkiri, kelak, saat di Hari Penghisaban, Allah SWT akan memanggil mereka dengan sebutan yang paling indah, Ahli Kebaikan. Kemudian, dihadapkan kepada mereka monumen kebaikan yang tinggi menjulang nan indah yang mampu membuat iri jutaan manusia lainnya.
Lalu, bagaimana dengan para pemimpin, pengusaha, eksekutif muda, dan direktur yang memimpin sebuah perusahaan kebaikan? Seharusnya, di tangan-tangan merekalah kebaikan itu menjadi sebuah komoditi utama setiap pribadi muslim yang hanif. Kebaikan yang menjadi barang konsumsi utama namun tak langka atau mahal yang dapat dijangkau masyarakat miskin sekalipun. Sehingga, setiap kita memiliki monumen kebaikan yang patut dibanggakan di hadapanNya kelak.
Insya Allah....Amin
From : trityatmo bowolaksono bowolaksono [bowltea@yahoo.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar