Panglima yang Pemaaf
Penulis : Ahmad Sahidin
Keadaan pasar seperti biasa dipenuhi orang-orang yang datang silih berganti untuk menyediakan keperluan hidup. Di antara mereka tampak seorang lelaki berpostur tinggi dengan tubuh perkasa yang menarik perhatian banyak orang. Dengan langkah yang pasti, dia memasuki pasar Kufah.
Saat itu, seorang pedagang pasar yang asyik di tokonya tersadar bahwa ada lelaki tersebut. Entah kenapa pada pedagang itu muncul niat untuk membuat rekan-rekannya tertawa dengan melontarkan batu dan tanah ke arah lelaki itu. Dan niatan itu pun terlaksana. Anehnya, lelaki itu hanya tersenyum memandang ke arah orang yang melontarkan batu kepadanya. Tanpa tersinggung, dia membiarkan peristiwa itu berlalu dan terus melanjutkan perjalanannya. Rekan si penjual itu bukan saja tidak tertawa menyaksikan perbuatan itu, bahkan dengan rasa gusar dan gelisah berkata kepadanya, “Tahukah engkau siapa yang engkau permainkan tadi?" “Tidak, aku tidak mengenalnya. Menurutku, dia tidak berbeda dengan ratusan orang lain yang lalu lalang di sini setiap hari di hadapan mata kita. Bukankah begitu?", jawabnya. “Hei! Bodoh! Tidakkah engkau mengenalinya? Lelaki yang baru lewat itu adalah Malik Asytar, komandan tentara Islam yang terkenal. Kita banyak terhutang budi kepadanya karena pengorbanan dan keberaniannya di medan perang. Celaka engkau! Tidakkah engkau tahu siapa yang telah engkau permainkan tadi?", timpahnya. Mendengar nama Malik, si pegadang itu menggigil ketakutan. Dia terlihat menyesali perbuatannya. Dalam hatinya dia berkata, “Aku telah melakukan perbuatan yang bodoh. Aku telah mempermainkan komandan pasukan Islam. Tentu aku akan dihukumnya".
Akhirnya, si pedagang pergi menemui Malik Asytar. Bagaimanapun juga dia akan meminta maaf kepadanya. Dia berlari-lari mencari Malik. Tidak lama kemudian, dia berhasil menemukan Malik yang tengah berjalan menuju masjid. Si pedagang itu mengikuti langkah Malik dan masuk ke masjid. Dia tak berani menghampiri Malik. Panglima perang Islam itu berdiri menunaikan shalat. Si penjual memandang ke arah Malik. Malik Asytar, dengan kekhusyukan penuh melaksanakan ibadahnya. Sayup-sayup terdengar suara merdu Malik yang tengah melaksanakan shalat. Suara itu menenangkan hati si pedagang pasar. Selepas shalat, Malik berdoa. Tak lama setelah selesai berdoa, perlahan-lahan si pedagang mendatangi Malik.
Dia lantas menjatuhkan diri dan bersimpuh di kaki Malik. Dengan suara bergetar dia berkata, “Wahai Malik Asytar, aku telah melakukan perbuatan bodoh. Aku tidak mengenalimu. Aku memohon kepadamu untuk memaafkanku. Demi Allah, aku tidak mengenalimu. Engkau adalah seorang lelaki yang mulia dan terhormat". Malik Asytar, dengan perlahan-lahan mengangkat lelaki tersebut dan meletakkan tangannya ke atas bahu orang itu. Si lelaki itu dengan susah-payah menatap mata Malik. Malik Asytar dengan lembut berkata, “Aku bersumpah demi Tuhan, bahwa kedatanganku ke masjid ini adalah karena engkau. Sebab aku tahu bahwa karena kebodohanmu, engkau mengganggu orang tanpa sebab. Aku sedih melihatmu. Aku datang ke masjid ini untuk berdoa buatmu dan aku meminta dari Tuhan supaya memberimu petunjuk ke jalan yang benar dan menjauhkan dirimu dari dosa". Mendengar kata-kata Malik dan menyaksikan sifat pemaaf ksatria Islam ini, dia semakin merasa malu. Dia mengucapkan terima kasih kepada Malik Asytar dan kembali ke tempat kerjanya. Rekan-rekan si pedagang pasar tidak sabar menantikan kedatangannya. Ketika melihatnya dan mendengar kisah yang dia paparkan, mereka memuji Malik Asytar. Salah seorang dari mereka bahkan membawakan sebuah hadis Rasulullah SAW sebagai berikut, “Ampunilah kesalahan orang lain. Sebab sikap pengampun menambah kemuliaan orang".
Seringlah memaafkan supaya Tuhan memuliakanmu. Begitulah kisah muslim generasi khulafarrusyidun. Malik Asytar adalah panglima perang Islam masa pemerintahan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah.
Sebuah kisah yang menunjukkan kebesaran hati seorang muslim, meskipun dilempari batu dan dihina, tetap memberi ampunan dan tidak dendam ketika berada dalam kemenangan. Dan selayaknya, sifat dan karakter Mallik Asytar itu patut untuk diteladani dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. [Swadaya]
[+/-] Selengkapnya...
[+/-] Ringkasan saja...